Selamat datang di official website TK 17 Teladan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Pramuka Prasiaga Mengasah Keterampilan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun

 tk17teladan.sch.id - Diselenggarakannya pendidikan anak usia dini sebagai upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk masa depan sebuah bangsa dapat dilihat dari bagaimana upaya yang dilakukan untuk menyiapkan anak-anak dengan mengoptimalkan tahap-tahap perkembangan. Berdasarkan data dalam United Nations Internatonal Children’s Emergency Fund angka partisipasi pendidikan anak usia dini di Indonesia masih tergolong rendah hanya 22% (Tri Sakti Widyaningsih, 2020). Mengingat dalam usia tersebut anak-anak mulai keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia sekolah yang nantinya anak akan lebih banyak berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya sehingga pelaksanaan pembelajaran di PAUD hendaknya anak-anak memperoleh kepuasan yang lebih banyak dalam kehidupan sosialnya yaitu berinteraksi dengan teman-temannya.

Pramuka Prasiaga Mengasah Keterampilan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun
Pramuka Prasiaga

Peranan guru sangat dibutuhkan untuk menyadari pentingnya keterampilan sosial yang perlu dikembangkan sejak usia dini karena keterampilan dalam bersosial akan berpengaruh untuk masa kehidupan anak selanjutnya (Dinawati et al., 2019). Keterampilan sosial memang sangat penting dalam pengalaman hidup manusia sebagai makhluk sosial karena manusia mengamati dan terlibat langsung dengan aktivitas sosial setiap harinya (Landsiedel et al., 2022). Berk juga menekankan pentingnya konteks sosial dalam proses belajar anak yaitu dalam pengalaman berinteraksi sosial karena interaksi sosial sangat membantu mengembangkan kemampuan berpikir anak (Puspitasari et al., 2020). Semakin anak bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya secara langsung maka akan memiliki pengetahuan yang luas (Siti Humidahtur Rofi’ah, 2022).

Pada konteks sosial budaya, vygotsky fokus pada hubungan antara manusia yang mana mereka berperan dan saling berinteraksi dalam berbagi pengalaman atau pengetahuan. Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi sosial antara individu dengan individu dan individu dengan kelompok dalam suatu lingkungan (Fitriani Fitri, 2022). Interaksi sosial menurut Walgito merupakan hubungan saling timbal balik yang mempengaruhi antara individu dengan individu yang lain (Susilo et al., 2021). Interaksi sosial juga dapat diartikan sebagai hubungan dua orang atau lebih yang saling bereaksi terjadi dalam suatu kelompok individu yang saling berkomunikasi maupun melakukan tindakan sosial (Pebriana, 2017). Oleh karena itu interaksi sosial secara keseluruhan dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi dalam kelompok yang berkesinambungan dalam melakukan tindakan sosial maupun tidak (Bakri et al., 2021).

Usia 5-6 tahun adalah masa belajar menjadi individu yang prososial sehingga menjadikan anak pandai bersosial untuk menjalin hubungan dengan orang lain (Yuliyanto, 2020). Perkembangan keterampilan sosial anak 5-6 tahun juga ditandai dengan adanya minat beraktivitas bersama teman-temannya dan berkeinginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok. Keterampilan sosial anak muncul ditandai dengan memulai dan menanggapi teman-temanya serta tergabung dalam aktivitas mempertahankan percakapan serta terlibat dalam interaksi timbal balik (Camargo et al., 2014). Christie (1990) menjelaskan pada saat bermain dalam kelompok mengharuskan anak terlibat dalam komunikasi verbal yang ekstensif dan intensif (Yusria & Musyaddad, 2019). Sehingga keterampilan sosial dapat terjalin pada saat anak bermain dalam kelompok yang tidak akan menimbulkan kebosanan (Melinda & Izzati, 2021). Minat dalam beraktivitas bersama teman-temannya dalam kelompok akan memunculkan sikap toleransi sesama teman, mampu bekerja sama, keterbukaan, mentaati aturan dan disiplin, memiliki rasa positif serta menunjukkan rasa empati (Bakri et al., 2021). Namun anak-anak diusia 5-6 tahun sering kali terjadi perselisihan, akan tetapi bersifat sementara atau sebentar (Ali Nughara, 2013). Smith dan pollak (2021) menyatakan bahwa hubungan sosial yang mendukung dapat memiliki efek positif pada perkembangan anak dalam jangka panjang (Park et al., 2022). Dalam hal ini lingkungan yang akan memberikan dampak baik atau buruk terhadap aspek perkembangan anak yang dapat dilihat melalui cara anak berinteraksi dengan teman sebayanya.

Pramuka merupakan proses pendidikan praktis yang dilakukan di luar kelas atau di alam terbuka melalui pembinaan dan pengembangan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah. Dengan tujuan untuk melatih fisik, emosi, sosial, spiritual serta meningkatkan nilai ketuhanan, kepemimpinan, kebersamaan, kecintaan alam dan kemandirian. Meninjau kembali pada anak usia 5-6 tahun berada dalam masa potensial atau paling baik untuk belajar dan berkembang, dalam usia ini anak senang melakukan berbagai aktivitas, tidak memiliki rasa lelah dan bosan. Pada usia ini juga anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat, mereka akan lebih banyak bertanya dan mencoba karena dalam pandangan anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Dalam hal ini mendorong anak berkeinginan menjelajah berbagai tempat untuk memuaskan rasa ingin tahu dengan cara mengeksplor lingkungan di sekitarnya.

Kegiatan pramuka prasiaga merupakan salah satu konsep aktivitas di luar kelas yang sangat baik untuk dilakukan dalam rangka memberikan peluang kebebasan anak bermain, berinteraksi bersama teman-temannya dan bereksplorasi di lingkungan sekitar. Pramuka sebagai proses kegiatan belajar yang progresif bagi anak, khususnya usia 5-6 tahun untuk kepribadian secara utuh baik sosial, intelektual, fisik dan keterampilannya. Berdasarkan buku panduan pramuka prasiaga bahwa, kegiatan pramuka prasiaga memang disiapkan untuk anak usia di bawah tujuh tahun sebagai bentuk pengenalan paling awal tentang dasar nilai-nilai kepramukaan dengan tujuan memberikan kesenangan anak belajar dan bereksplorasi (Kemendikbud, 2019). Kegiatan ini dilakukan melalui model kegiatan bermain bersama dalam kelompok dengan berorintasi pada pematangan individu. kegiatan pramuka prasiaga tidak terpaku pada kegiatan individu tetapi mengarah pada kegiatan yang dilakukan bersama-sama (kooperatif). Model kegiatan dirancang dan disesuaikan dengan tema PAUD serta aspek perkembangan anak. Pemilihan tema kegiatan pramuka prasiaga disesuaikan dengan kebutuhan dan tahapan usia anak. Lingkup tema kegiatan diangkat dari lingkungan terdekat dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri atas lingkungan individu, sosial, alam. Dalam hal ini konsep aktivitas di luar kelas sangat tepat dalam pengimplementasian keterampilan sosial anak terhadap lingkungannya.

Anak usia 5-6 tahun juga memiliki sikap apa adanya dan tidak pandai berpura-pura, anak akan lebih leluasa menyatakan pikiran dan perasaanya tanpa memperdulikan tanggapan orang-orang di sekitar. Anak dalam usia ini biasanya kurang dalam mempertimbangkan hal-hal yang akan mereka lakukan, mereka belum mengetahui apakah yang dilakukannya bahaya atau tidak bagi dirinya. Mereka juga memiliki kecenderungan memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri (egosentrisme). Dan anak dalam usia ini memiliki rentang perhatian yang pendek itu sebabnya mereka tidak bisa diam dan sulit diajak fokus pada kegiatan yang membutuhkan ketenangan, kecuali kegiatan tersebut sangat menyenangkan bagi dirinya. Bentuk kegiatan pramuka prasiaga dikemas dalam permainan yang menyenangkan, kegiatan yang penuh dengan tantangan dan dilakukan secara kerjasama serta saling menghormati dalam suasana persaudaraan yang sangat kental (Walujo & Listyowati, 2017). Dalam hal ini sangat sesuai dengan kebutuhan anak pada usia 5-6 tahun.

Area pengembangan pramuka prasiaga juga disusun sesuai dengan apa yang butuhkan oleh anak dalam mengasah keterampilan sosial yaitu area pengembangan keterampilan yang meliputi pengembangan keterampilan praktis dan pengembangan keterampilan bersosialisasi serta area Pengembangan anak berbuat baik yang meliputi pengembangan mencintai dirinya sendiri, pengembangan mencintai orang lain dan pengembangan mencintai lingkungan. Syarat kecakapan prasiaga dalam menunjang keterampilan sosial adalah kecakapan berpikir dengan menemukan cara menyelesaikan masalah, kecakapan praktis dengan mengikuti perkemahan keluarga dan kecakapan bersosialisasi yaitu mampu menjalin persahabatan dengan teman. Berdasarkan hasil wawancara Guru Pembina, area pengembangan dalam pramuka prasiaga meliputi pengembangan karakter, fisik dan kecakapan yang terstimulasi dalam komponen utama prasiaga yang disusun oleh guru Pembina meliputi durasi waktu, materi kegiatan dan isi kegiatan (Insyayaini, 10 April 2023). Sejalan dengan penelitian Sari et al melalui kegiatan pramuka prasiaga anak dapat mengaktualisasikan pendidikan karakter dalam mencintai diri sendiri, mencintai orang lain dan mencintai lingkungan (Sari et al., 2022).

Faktor Pendukung dan Penghambat Pramuka Prasiaga dalam Mengasah Keterampilan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun

Guru Pembina, untuk membentuk karakter unggul anak tentunya Guru Pembina harus mampu menjadi teladan (Role Model). Pada kegiatan pramuka prasiaga Guru Pembina memberikan contoh perilaku baik melalui interaksi sosial pada kegiatan pembiasaan untuk memberikan stimulasi yang membuat anak melakukan suatu hal sama seperti bersikap disiplin dan sopan santun. Berdasarkan hasil observasi di lapangan pada saat kegiatan pramuka prasiaga, Guru Pembina datang tepat waktu. Terlihat anak juga melakukan hal yang sama seperti pembiasaan yang dicontohkan. Dalam menunjukkan rasa kasih sayang Guru Pembina melakukan kegiatan 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Kegiatan tersebut untuk membiasakan anak memiliki rasa kasih sayang dengan melakukan kegiatan 5S diawal kegiatan pramuka prasiaga. Selaras dari penelitian oleh Diswantika menjelaskan bahwa memiliki keterampilan berempati terhadap orang lain maka anak akan terbiasa untuk bersimpati dengan lingkungan sekitar (Diswantika, 2022).

Disamping itu Guru Pembina memberikan pengaruh baik dalam menjalin keakraban, tulus dan terbuka pada saat berkomunikasi untuk mengasah keterampilan sosial anak. Berdasarkan hasil wawancara oleh Guru Pembina, Kepala sekolah dan Guru Kelas mengungkapkan, Guru Pembina mempunyai cara membujuk dengan melakukan pendekatan dan pendampingan. Guru Pembina juga memberikan penghargaan, memberikan motivasi sebagai bentuk cara memuji anak untuk lebih semangat mengikuti kegiatan pramuka prasiaga. Pemberian pujian yang diberikan oleh Guru Pembina berdampak positif dalam pikiran anak, karena anak beranggapan bahwa Guru Pembina sangat senang ketika anak melakukan suatu hal baik sehingga anak semangat untuk mengulang hal baik tersebut. Selaras dengan penelitian sebelumnya oleh Mufarrohah mengungkapkan bahwa pengaruh yang baik adalah yang melibatkan emosional yang tenang karena akan diterima anak, sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi efektif (Mufarrohah et al., 2021). Dalam pemberian pengaruh positif juga dapat dilakukan dengan cara menakuti, Perlunya menakuti anak pada saat kegiatan pramuka prasiaga untuk mengantisipasi anak dalam bahaya, di alam terbuka anak bebas bereksplorasi, namun penting halnya untuk menunjukkan tempat-tempat yang berbahaya seperti jurang dan sungai yang dalam.

Orang tua, memegang peranan penting untuk mendukung keberlangsungan kegiatan pramuka prasiaga. berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Sekolah, Guru Pembina dan Guru kelas menjelaskan bahwa pada kegiatan pramuka prasiaga para orang tua menjadi fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan pokok anak seperti mempersiapkan bekal makanan sehat, mempersiapkan artibut pramuka prasiaga yang dibutuhkan dan ikut membantu proses pendirian tenda pada kegiatan perkemahan sehari. Dalam hal ini dapat mendukung proses belajar dan menjadikan anak lebih bersemangat mengikuti kegiatan pramuka prasiaga. Selaras dengan penelitian sebelumnya oleh Saragih bahwa fasilitas yang diberikan oleh orang tua dalam pemenuhan kebutuhan anak dapat menumbuhkan sikap semangat dalam belajar (Saragih, 2022). Penelitian Kol juga mengungkapkan pola asuh yang demokratis dari seorang ibu dapat mempengaruhi keterampilan sosial anak secara positif dan signifikan (Kol, 2016). Sejalan dengan .. ibu yang demokratis cenderung anak anaknya memiliki keterampilan sosial yang lebih tinggi dari pada ibu yang berwibawa dan protektif (Gürbüz & Kıran, 2018).

Sarana prasarana, menjadi faktor penting dalam mendukung kegiatan pramuka prasiaga. Sarana prasarana yang memadai dapat menunjang proses belajar sekaligus dapat mengoptimalkan pengembangan potensi anak. Berdasarkan hasil wawancara Kepala Sekolah, Guru Pembina dan Guru kelas menjelaskan, lembaga TK Aisyiyah Percontohan Takerharjo memiliki sarana prasarana yang memadai untuk anak melakukan kegiatan pramuka prasiaga seperti, memiliki lingkungan yang kondusif, aman, sehat, bersih dan asri karena lembaga tersebut terletak dilingkup pedesaan. Sehingga menjadikan proses pembelajaran dalam kegiatan pramuka prasiaga berlangsung dengan baik dan menyenangkan serta membuat anak terdorong untuk aktif dalam kegiatan kelompok bersama teman sebayanya. Selaras dengan penelitian Loukatari et al, mengungkapkan bahwa kegiatan yang dilakukan di luar kelas dapat berdampak positif terhadap keterampilan sosial dan secara signifikan anak lebih mahir dalam bersosial (Loukatari et al., 2019). Selain lingkungan, TK Aisyiyah Percontohan Takerharjo juga memiliki perlengkapan yang dibutuhkan dalam mendukung kegiatan pramuka prasiaga yaitu bendera manggar, tongkat pramuka dan tenda perkemahan. Sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Ginanjar menyatakan, sarana prasana yang mendukung dalam proses belajar yaitu memiliki lingkungan kondusif dan memiliki kelengkapan pendukung proses kegiatan belajar (Ginanjar, 2013).

Faktor penghambat pramuka prasiaga dalam mengasah keterampilan sosial anak 5-6 tahun yang berdasarkan hasil wawancara Kepala Sekolah, Guru Pembina dan Guru kelas mengungkapkan bahwa kegiatan pramuka prasiaga dilaksanakan satu bulan sekali pada tanggal 14 disetiap bulannya, sehingga apabila kegiatan pramuka prasiaga berbenturan dengan kegiatan lain (pelatihan untuk Guru Pembina) ditanggal tersebut, maka kegiatan pramuka prasiaga dapat diundur pada tanggal berikutnya atau diliburkan. Selain itu kondisi cuaca juga menghambat kegiatan pramuka prasiaga dalam memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi bersama di luar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah menjelaskan, kondisi cuaca yang tidak mendukung pada saat kegiatan pramuka prasiaga, maka tempat kegiatan pramuka prasiaga dialihkan ke dalam auditorium lembaga. Sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Reka bahwa faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler adalah sulit untuk berkomunikasi dalam merencanakan waktu pelaksanaan dan juga kondisi cuaca yang tidak mendukung (Reka et al., 2020). Selain faktor tersebut, faktor penghambat keterampilan sosial pada kegiatan pramuka prasiaga adalah dari anak itu sendiri, terjadinya perselisihan anak dan teman sebayanya pada saat kegiatan pramuka prasiaga dilakukan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan pada anak usia dini. Sepanjang kehidupan manusia selalu dihadapkan dengan konflik dan tidak terkecuali terjadi pada anak usia dini. Terjadinya konflik atau perselisihan pada kegiatan pramuka prasiaga mengakibatkan anak saling berdiam diri hingga menangis sehingga tidak melakukan interaksi sosial, karena mereka terlibat memiliki perbedaan sikap, pemikiran, perasaan yang tidak sejalan. Namun perselisihan yang terjadi dalam kegiatan pramuka prasiaga hanya bersifat sementara, karena terasahnya keterampilan sosial dalam diri anak dapat mengendalikan diri dan mudah menunjukkan empati serta kasih sayang sehingga anak mudah bersosialisasi kembali dengan teman atau orang sekitarnya.

Sumber : Jurnal Observasi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Zuhria Qurrotul Aini, Akhtim Wahyuni

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :

0 Komentar