Selamat datang di official website TK 17 Teladan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD

 tk17teladan.sch.id - Dongeng sebenarnya mudah dilakukan oleh bisa pendidik di mana saja, kapan saja dan menggunakan atau tidak menggunakan media yang terpenting mempunyai niat, kemauan dan kreativitas dalam mengemas, serta menyajikan pesan-pesan moral yang ingin disampaikan. Permasalahannya sekarang ini adalah banyak pendidik di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak suka mendongeng sehingga mereka kekurangan bahan untuk mendongeng di depan anak. Akibatnya dongeng yang disampaikan kepada anak monoton dan menjemukan. Anak menjadi bosan mendengarkan. Apalagi banyak pendidik yang mendongeng hanya sekedar membaca buku tanpa ekspresif dan alat peraga yang menarik.

Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD

Beberapa alasan klise yang menyebabkan pendidik tidak mau mendongeng, antara lain karena malas menyusun skenario atau naskah, merasa tidak perlu, belum tahu manfaat, malu tampil lucu, bingung tidak tahu cara mendongeng, atau tidak ada keberanian untuk belajar dan berlatih. Berkenaan dengan hal tersebut dalam upaya memudahkan tenaga pendidik atau tutor dalam melaksanakan strategi pembelajaran melalui metode dongeng perlu strategi bagaimana para pendidik PAUD dapat melakukan pembelajaran melalui metode dongeng.

Dongeng Sangat Penting Bagi Anak Usia Dini

Anak-anak sangat menyukai dongeng. Tidak ada anak yang tidak senang mendengarkan dongeng baik itu dongeng yang dibacakan dari buku atau dongeng yang telah sangat melekat dibenak orang tua sehingga dapat disampaikan secara lisan dengan improvisasi pada beberapa bagian. Meskipun dongeng sering dikatakan sebagai kisah atau cerita rekaan namun tidak berarti dongeng itu tidak bermanfaat. Dalam proses perkembangannya dongeng senantiasa mengaktifkan aspek-aspek intelektual, kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi, dan imajinasi kepada para pendengarnya. Pendidik harus jeli memilah dan memilih jenis dan tema dongeng yang cocok untuk anak usia dini. Sebelum mendongeng, sebaiknya teliti terlebih dulu memilih dongeng yang tepat untuk anak usia dini. Selain pesan moral yang harus disampaikan, karakter tokoh dongeng merupakan bagian penting yang harus diperhatikan pendidik.

Pada saat menyajikan dongeng, hal positif yang terkandung dalam dongeng yang sering dilupakan orang adalah dongeng mengajarkan anak untuk berekspresi (Berlian dalam Kompas, 2007). Berdongeng menuntut si pendongeng untuk mengerahkan segala ekspresinya, baik melalui suara, gerak tubuh, maupun alat peraga berupa gambar atau boneka. Akibatnya tanpa sadar menjadikan anak didik belajar berekspresi. Strategi pembelajaran melalui dongeng menekankan pada kreativitas seni penyajian pesan-pesan pendidikan dari pendidik melalui aktivitas belajar sambil bermain terbimbing agar anak menemukan hal–hal yang baru yang dapat mengembangkan aspek–aspek perkembangannya sesuai dengan usia dan kemampuannya.

Sebagai salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada program PAUD, dongeng ternyata memiliki banyak manfaat antara lain mengembangkan daya pikir dan imajinasi, kemampuan berbicara, serta daya sosialisasi karena melalui dongeng anak dapat belajar mengetahui kelebihan orang lain sehingga mereka jadi sportif. Dongeng mempunyai kekuatan untuk mengikat hubungan, menghibur, dan memberi pelajaran (Burns, 2001). Tak kalah penting, mendongeng merupakan salah satu bentuk komunikasi antara pendidik dengan anak didik. Interaksi langsung itu akan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Selain itu, dongeng merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghadirkan imajinasi pada anak. Kisah dalam dongeng pada hakikatnya merupakan sebuah imajinasi. Menghadirkan dunia imajinasi sejak dini pada anak sangat bermanfaat bagi kesehatan anak.

Pengaruh positif dari mendongeng dapat menimbulkan kedekatan emosional anak dan pendidik. Menurut Burns (2001), seorang ahli terapi dari Tibet, dongeng mempunyai fungsi strategis dalam menumbuhkan sikap-sikap positif. Jika kedekatan itu sudah terbangun, menjadi suatu kemudahan dalam mendidik anak di kemudian hari. Selain itu, dongeng juga memiliki fungsi menghibur, mendidik, menggugah emosi, imajinasi, dan kreativitas, serta meningkatkan kemampuan berbahasa, serta menambah pembendaharaan kosa kata anak didik. Oleh karena itu, tenaga pendidik diharapkan mampu dan menguasai keterampilan mendongeng. Dengan menguasai teknik mendongeng yang baik, berarti seorang tenaga pendidik berkesempatan menggali potensi kecerdasan anak, baik kecerdasan intelegensi, emosi sosial, maupun spiritual.

Pembelajaran dengan menggunakan metode dongeng di PAUD harus menyenangkan dan menarik tidak kaku, tidak membosankan, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dan kreatif maka dalam pemilihan dan penggunaan metode belajar harus berdasarkan pada: (1) karakteristik anak, (2) indikator kemampuan, (3) tema yang disampaikan, (4) Alat Permainan Edukatif (APE), (5) waktu belajar, dan (6) kemampuan pendidik dalam menggunakan metode.

Menurut Hibana (2005), manfaat dari kegiatan mendongeng, antara lain: (1) mengembangkan fantasi, empati, dan berbagai jenis perasaan lain; (2) menumbuhkan minat baca; (3) membangun kedekatan dan keharmonisan; dan (4) media pembelajaran. Adapun manfaat lain bagi anak dengan dongeng antara lain: (1) mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, (2) mengembangkan kemampuan berbicara anak, (3) mengembangkan daya sosialisasi anak, (4) sarana komunikasi anak dengan orang tuanya, (5) media terapi anak-anak bermasalah, (6) mengembangkan spiritualitas anak, (7) menumbuhkan motivasi atau semangat hidup, (8) menanamkan nilai-nilai dan budi pekerti , (9) membangun kontak batin pendidik dengan murid, (10) membangun watak-karakter, serta (11) mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan).

Jenis Dongeng Yang Cocok Untuk Anak Usia Dini

Hal yang salah jika secara fanatik diyakini bahwa semua kisah dongeng pasti dijamin bagus terhadap pendidikan mental anak-anak. Hal ini dikarenakan cukup banyak dongeng mengandung kisah yang justru rawan menjadi teladan buruk bagi anak-anak. Menurut Yudha (2007), jenis dongeng yang paling cocok disampaikan bagi anak usia dini, di antaranya sebagai berikut.

  1. Dongeng Tradisional, merupakan dongeng yang berkaitan dengan dongeng rakyat dan biasanya turun termurun. Misalnya, Dongeng Legenda Banyuwangi dan Malin Kundang.
  2. Dongeng Futuristik (Modern) disebut juga dongeng fantasi. Dongeng ini biasanya berdongeng tentang sesuatu yang fantastik, misal tokohnya tiba-tiba menghilang. Misalnya, Dongeng Doraemon dan Superman yang bisa terbang.
  3. Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak, misalnya Dongeng Monster Kuman Gigi agar anak rajin menggosok gigi.
  4. Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan bisa berbicara seperti manusia, misalnya Dongeng Burung Merak yang Sombong dan Singa Berguru pada Kucing
  5. Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak yang bertemakan kepahlawanan. Misalnya, Dongeng masa kecil RA. Kartini.
  6. Dongeng terapi adalah dongeng yang diperuntukkan bagi anak-anak korban bencana atau anak-anak yang sakit. Misalnya, Dongeng Abu Nawas yang cerdik dan Jenaka.

Jenis-jenis dongeng di atas tentu saja bisa cocok untuk disajikan dan dikonsumsi bagi anak usia dini apabila Pendidik mampu memilah dan memilih tema dan isi dongeng yang dikemas secara menarik, serta disajikan dan disampaikan secara ekspresif dan impresif pada kondisi dan waktu yang tepat dan sesuai dengan karakteristik usia, kebutuhan, serta minat anak didiknya. Salah satu contoh dongeng yang tidak cocok untuk disajikan dan dikonsumsi oleh anak usia dini, misalnya dongeng rakyat Sangkuriang yang secara eksplisit mengisahkan bahwa ibu kandung Sangkuriang - gara-gara bersumpah mau diperistri oleh siapapun yang mau mengambil peralatan tenun yang jatuh - terpaksa mengawini seekor anjing. Masih diperparah oleh kisah setelah membunuh sang anjing yang notabene adalah ayah kandungnya - Sangkuriang sempat jatuh cinta kepada Dayang Sumbi, ibu kandungnya. Belum terhitung kelicikan Dayang Sumbi membangunkan ayam jago agar berkokok sebelum saat fajar tiba demi mengecoh Sangkuriang agar gagal memenuhi syarat kawin dengan Dayang Sumbi. Adapun syaratnya yakni merampungkan pembuatan perahu dalam satu malam saja.

Perilaku membunuh ayah, ingin mengawini ibu, dan menipu demi ingkar sumpah rasanya kurang baik dikisahkan kepada anak-anak. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan dongeng yang baik. Pertama, dongeng harus menarik dan memikat perhatian Pendidik itu sendiri. Apabila dongeng menarik dan memikat perhatian maka pendidik akan bersungguh-sungguh dalam mengemas dan mendongengkan kepada anak secara mengasyikkan. Kedua, dongeng sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian anak dan keterlibatan aktif dalam kegiatan mendongeng. Ketiga, dongeng sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan mencerna isi dongeng anak usia dini. Keempat, dongeng cukup pendek dalam rentang jangkauan waktu perhatian anak. Kepada anak usia dini pendidik tidak menuntut anak untuk aktif mendengarkan dongeng dalam jangka waktu yang lama di luar batas waktu ketahanan untuk mendengarkan.

Teknik Mendongengnya

Menurut Moeslichatoen (2004), terdapat beberapa macam teknik mendongeng yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut. 

1. Membaca langsung dari buku dongeng.

Teknik mendongeng dengan membacakan langsung sangat efektif apabila pendidik memiliki buku dongeng yang menarik dan cocok untuk dibacakan kepada anak. Indikator bahwa dongeng yang disajikan pendidik dapat dipahami serta sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak usia dini, antara lain pesanpesan yang disampaikan dapat ditangkap anak, anak dapat memahami perbuatan itu salah dan benar, serta kejadian yang didongengkan mengisahkan sesuatu lucu atau kejadian yang menarik.

2. Mendongeng menggunakan ilustrasi gambar dari buku

Teknik mendongeng ini akan efektif apabila dongeng yang disampaikan pada anak disuguhkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak. Menceritakan dongeng tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan apabila anak mendengarkan dongeng dari buku dongeng bergambar. Penggunaan ilustrasi gambar dalam berdongeng dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan serta mengikat perhatian anak pada jalan atau alur cerita yang didongengkan.

3. Menceritakan dongeng secara langsung

Menceritakan dongeng secara langsung merupakan salah cara tradisi penuturan suatu kisah lama dari mulut ke mulut dan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

4. Mendongeng dengan menggunakan papan flanel

Pendidik dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu. Gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam dongeng digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapisi dengan kertas gosok yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat melekat.

5. Mendongeng dengan menggunakan media boneka

Pemilihan mendongeng dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, nenek, kakek, dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu.

6. Dramatisasi suatu dongeng

Pendidik dalam mendongeng memainkan perwatakan tokoh- tokoh dalam suatu dongeng yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal (Gordon dan Browne, 1985:325). Dongeng anak-anak yang disukai adalah Timun Emas dan Si Kancil Mencuri Ketimun.

7. Mendongeng sambil memainkan jari-jari tangan

Pendidik dapat menceritakan perilaku tokohtokoh dalam dongeng dengan memainkan jari-jari tangan yang didesain sedemikian rupa agar memikat perhatian anak. Namun, tentu saja teknik ini membutuhkan keterampilan pendidik dalam memainkan jari-jari tangan dan mengolah berbagai macam suara (intonasi, warna dan volume) dari tokoh-tokoh dongeng yang dimainkan.

Sumber : Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 3, No.2 - 2008 (Ade Kusmiadi, Sriwahyuningsih, dan Yuyun Nurfalah)

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :

0 Komentar