tk17teladan.sch.id - Taman kanak-kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahun untuk melanjutkan kependidikan Sekolah Dasar. Pendidikan anak usia dini merupakan fondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu, pendidikan anak usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di tahap usia berikutnya. Dalam penjabaran pengertian UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Teori mengenai pengertian perkembangan motorik halus sangat beragam. Perkembangan motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini merupakan keterampilan bergerak (Moeslichatoen, 2004). Sejalan dengan hal tersebut, Sumantri (2005: 143) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
Kegiatan Membentuk Dengan Berbagai Media
Aspek perkembangan anak khususnya perkembangan fisik motorik sangat penting untuk melatih koordinasi gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh. Aspek perkembangan motorik dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar menekankan pada koordinasi tubuh pada gerakan otot-otot besar seperti melompat, berlari dan berguling, sedangkan motorik halus menekankan koordinasi otot tangan atau kelenturan tangan contohnya menulis, menggambar dan memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk. Secara umum, aspek fisik motorik kasar akan berkembang lebih dahulu daripada aspek motorik halus. Oleh karena itu, diperlukan stimulasi agar aspek motorik kasar dan halus dapat berkembang secara seimbang sehingga anak tidak hanya mampu berlari, melompat, menendang tetapi keterampilan motorik halus seperti menulis dan menggambar juga terasah.
Kegiatan membentuk dengan berbagai media dapat melatih motorik halus anak sekaligus mengembangkan kreativitasnya. Hal ini akan terlihat dari berbagai macam bentuk berhasil karya yang dibuat oleh anak. Oleh karena itu, kegiatan membentuk dengan berbagai media diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih bervariasi dan menstimulasi kemampuan motorik halus anak.
Menurut Mahendra (Sumantri, 2005: 143) mengungkapkan bahwa keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilanketerampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Jadi perkembangan motorik halus dapat diartikan sebagai suatu gerakan yang dipengaruhi oleh otot-otot halus, dimana gerakan tersebut dapat mempengaruhi kelenturan anak, serta menentukan perkembangan anak di masa selanjutnya. Kemampuan motorik halus anak dapat terlihat dalam kegiatan menggambar, menyisir rambut, mengkancingkan baju dan lain sebagainya.
Dengan demikian motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil seperti jari jemari yang membutuhkan kecermatan, koordinasi mata dengan tangan, ketepatan dan keterampilan dalam menggerakkan di mana gerakan tersebut mempengaruhi kelenturan dan menentukan perkembangan anak di masa yang akan datang.
Tujuan Dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus
Secara garis besar tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia 4-6 tahun adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis (Puskur, Balitbang, Depdiknas, 2002). Sumantri (2005:146) menyatakan bahwa tujuan pengembangan motorik halus secara rinci menurut dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
- Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari, seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.
- Mampu mengkoordinasi indera mata dan aktivitas tangan. Koordinasi permainan membentuk dari tanah liat atau adonan dan lilin, menggambar, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce).
- Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Kegiatan yang melibatkan motorik halus dapat melatih kesabaran anak dalam mengerjakan atau membuat suatu karya.
Selain mempunyai tujuan, dalam upaya pengembangan motorik halus juga mempunyai fungsi. Yudha M Saputra (2005: 116) mengungkapkan fungsi pengembangan motorik halus yaitu: (a) sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan, (b) sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dan gerakan mata, dan (c) sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Sumantri (2005: 146) mengemukakan bahwa fungsi pengembangan kemampuan motorik halus adalah:
Mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti kognitif, dan bahasa serta sosial, karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak terpisah satu sama lain, atau bersifat holistik dan terintegrasi. Misalnya, dalam kegiatan membentuk, aspek yang dikembangkan tidak hanya dominan pada aspek fisik motoriknya saja namun juga dapat berpengaruh terhadap aspek sosial emosional yaitu berkaitan dengan nilai kemandirian dan berkaitan juga dalam aspek seni yaitu kreativitas.
Dari tujuan dan fungsi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik halus adalah anak dapat menggerakkan bagian tubuh terutama jeri jemari, mengkoordinasikan mata dan tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Sedangkan fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai alat mengembangkan keterampilan kedua tangan dan mendukung pengembangan aspek lain atau bersifat holistik dan terintegrasi.
Kemampuan Motorik Anak Usia 4-6 Tahun
Yuliani (2011: 63) menyatakan bahwa perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baik gerakan motorik halus, maka semakin bebas pula untuk berkreasi. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental. Menurut Yuliani (2011) kemampuan motorik anak usia 4-6 tahun yaitu:
Mampu berlari, meloncat, memanjat dan keseimbangan menguatkan kemampuan motorik kasar yang telah berkembang dengan baik.
- Peningkatan kemampuan kontrol jari tangan dalam mengambil bendabenda kecil, memotong garis dengan gunting, memegang pensil dengan bantuan orang dewasa, merangkai manik-manik.
- Membangun yang membutuhkan keahlian, biasanya menyukai konstruksi dan aktivitas besar dengan unit dan bahan konstruksi yang besar.
- Menunjukkan minat yang besar dalam permainan bola dengan menggunakan peraturan yang sederhana.
Kegiatan motorik halus yang sesuai dengan karakteristik dan ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 120) antara lain: (a) menempel, (b) mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar), (c) menjahit sederhana, (d) semakin terampil menggunakan jari tangan untuk menggambar, menggunting, mewarnai, dan sebagainya, (e) mengisi pola sederhana dengan sobekan kertas dan stempel, (f) mengancingkan baju sendiri, (g) menggambar dengan gerakan naik turun bersambung seperti gunung atau bukit (h) menarik garis lurus, lengkung, dan miring, dan (i) melipat kertas.
Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini
Setiap anak pasti gemar bermain di mana pun dan kapan pun. Anak selalu mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Mengutip pernyataan Mayesty (Yuliani, 2011: 86) bahwa bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini pada umumnya akan sangat menikmati kegiatan bermain sehingga bermain merupakan salah satu cara anak usia dini belajar. Melalui kegiatan bermain, anak akan mengetahui dan mengenal semua benda maupun peristiwa yang ada disekitarnya. Selain itu dengan bermain anak akan mengembangkan seluruh potensi secara optimal.
Pembelajaran anak usia dini sebaiknya dilakukan dengan cara bermain untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga anak akan memiliki kebebasan dalam berekspresi dan bereksplorasi. Untuk itu, Yuliani (2011: 90) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran anak usia dini perlu memperhatikan prinsip pembelajaran anak usia dini yaitu: (1) anak sebagai pembelajar aktif, (2) anak belajar melalui sensori dan panca indera, (3) anak membangun pengetahuan sendiri, (4) anak berpikir melalui benda konkret, dan (5) anak belajar dari lingkungan.
Sumber : Diah Utami Wikaningtyas 2014
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :
0 Komentar