tk17teladan.sch.id - Sebagaimana yang kita ketahui, pendidikan sangat penting untuk manusia, karena pendidikan suatu interaksi manusiawi (human interaction) antara pendidik/guru dengan anak didik/subyek didik/peserta yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasikan pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut. Campur tangan atau pengaruh pemerintah/penguasa terhadap pendidikan ini cukup besar pula dengan segala kebijakan yang ditempuh demi suksesnya pendidikan seluruh warga negara.
Model Pembelajaran PAUD |
Setiap lembaga pendidikan dalam menjalankan fungsinya selalu mempunyai harapan tentang bentuk lulusan yang dihasilkan. Lulusan yang dihasilkan setidak-tidaknya memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar. Apa yang diharapkan dari hasil pendidikan itu dalam peristilahan kependidikan disebut dengan tujuan. Hal yang menarik adalah anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.
Pengertian Model Pembelajaran
Istilah Model Pembelajaran diambil dari dua suku kata, yaitu Model dan Pembelajaran. Di mana masing-masing kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda. Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Sedangkan pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran meliputi: konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur, metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi.
Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
- Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
- Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
- Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan (4) sistem pendudkung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
- Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
- Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Model Pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik harus mempunyai misi atau tujuan pendidikan dan menjadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar, dan memiliki dampak setelah menggunakan pembelajaran yang dipilih. Model pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif tanpa didukung oleh kurikulum dan penerapan yang dilaksanakan oleh pendidik. Oleh karena itu, Model Pembelajaran harus diperbaharui dan memilih konsep sesuai dengan minat dan efektifitas anak, agar tujuan yang diharapkan terlaksana dengan maksimal. Pendidik harus menciptakan suasana yang menyenangkan agar anak termotivasi untuk ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan informasi atau pemahaman tentang lingkungan sekitar anak.
Model-Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Ada beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), diantaranya adalah:
1. Model Pembelajaran Klasikal
Model pembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran di mana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling awal digunakan di TK, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu anak. Seiring dengan perkembangan teori dan pengembangan model pembelajaran, model ini sudah banyak ditinggalkan.
a. Kelebihan Model Pembelajaran Klasikal
Kelebihan model pembelajaran klasikal adalah guru mudah menguasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas, dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik, lebih ekonomis dalam hal waktu, memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas, membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Klasikal
Kelemahan model pembelajaran klasikal adalah mudah menjadi verbalisme, yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya. Dan cenderung membuat siswa pasif.
2. Model Pembelajaran Kelompok(Cooperative Learning)
Model Pembelajaran Kelompok atau Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dengan sistem pembelajran kooperatif akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif dan siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.
a. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada guru, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab kaberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. Partisipasi dan komusikasi siswa dapat melatih peserta didik untuk dapat bepartisipasi aktif berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Kekurangan model pembelajaran ini, siswa yang mempunyai kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan kurang, akibatnya keadaan seperti ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. Jikalau pembelajaran sesama siswa tidak efektif, bila dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa kali penerapan strategi.Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu.
3. Model Pembelajaran Area (Minat)
Model pembelajaran berdasarkan Area (Minat) lebih memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya dan menekankan prinsip, individualisasi pengalaman bagi setiap anak, membantu anak untuk pilihan-pilihan melalui kegiatan dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan melibatkan keluarga dengan carasebagai berikut.
- Dilibatkan secara sukarela dalam kegiatan pembelajaran.
- Bermitra dengan TK dalam membuat keputusan tentang anak.
- Dapat berpatisipasi dalam kegiatan di TK.
- Pembelajaran berdasarkan minat menggunakan 10 area, yakni: area agama, balok, bahasa, drama, berhitung, atau matematika, IPA, seni atau motorik,pasir dan air, membaca, dan manulis. Dalam satu hari kegiatan pembelajaran dapat dibuka minimal empat area.
Model pembelajaran berdasarkan minat ini terdiri atas 3 (tiga) kegiatan, yakni:
- Kegiatan awal disampaikan guru secara klasikal, seperti salam pembuka, bernyanyi, berdoa, bercerita pengalaman anak, penjelasan tema materi, dan melakukan kegiatan fisik motorik. Biasanya kegiatan ini memakan waktu 30 menit.
- Kegiatan inti disampaikan guru individual di area, seperti membicarakan tugas di area kemudian anak didik bebas memilih area mana yang disukai sesuai dengan minatnya. Anak dapat berpindah sesuai dengan minatnya tanpa ditentukan oleh guru, kemudian guru menilai dengan observasi, penugasan, hasil karya, dan unjuk kerja. Kegiatan inti dilaksanakan kurang lebih 60 menit.
- Istirahat atau makan selama 30 menit.
- Kegiatan akhir berisi cerita, menyanyi, dan berdoa selama 30 menit yang disampaikan secara klasikal.
a. Kelebihan Model Pembelajaran Area (Minat)
Adapun kelebihan Sistem Area adalah adanya kebebasan minat anak didik untuk bermain sesuatu yang mereka inginkan tanpa adanya tekanan yang berarti. Hampir tidak ada batasan atau tekann dalam pendekatan ini. Jika guru mampu memfasilitasi setiap permainan yang diminati anak didik, mereka akan memperoleh pengalaman belajar yang mendalam atas permainan yang dipilihnya tersebut.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Area (Minat)
Adapun kelemahan pembelajaran Sistem Area yang menekankan belajar berdasarkan minat adalah anak didik hanya memilih satu atau dua area permainan yang memang benar-benar menjadi minatnya. Sementara area permainan lain yang mungkin justru sangat penting tidak dipilihnya karena tidak diminati. Kelemahan lain dari pembelajaran ini adalah terbukanya kemungkinan anak untuk berpindah area mainan berkali-kali sebelum anak tersebut menyelesaikan area permainan awalnya. Sebab, sistem area memungkinkan untuk menjalankan pembelajaran pada minimal empat area sekaligus.
4. Model Pembelajaran BCCT (Beyond Centre and Circle Time)
Model pembelajaran BCCT adalah pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam ‘lingkaran” (circle times) dan sentra bermain. Lingkaran adalah saat di mana guru duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan sebelum dan sesudah bermain. Sentra bermain adalah zona atau area dengan seperangkat sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak didik dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang, serba seimbang.20 Sentra yang dibuka setiap harinya disesuaikan dengan jumlah kelompok di setiap RA.Sentra bermain terdiri dari :sentra bahan alam dan sains, sentra balok, sentra seni, sentra bermain peran, sentra persiapan, sentra agama, sentra musik.
Pendekatan ini berusaha untuk merangsang anak agar bermain secara aktif di sentra-sentra permainan. Jadi, anak didiknya yang belajar aktif, bukan gurunya. Anak diperlakukan sebagai “subjek otonom” yang secara liberal mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Sementara tugas guru lebih bersifat “pasif” dari pada aktif. Dikatakan “pasif” karena tugas guru hanya sebatas memotivasi, memfasilitasi, mendampingi, dan memberi pijakan-pijakan. Pijakan yang dimaksud di sini adalah dukungan yang berubah-ubah karena disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak atau masa peka (periode sensitif). Ciri khas pijakan dalam pendekatan BCCT adalah duduk melingkar. Inilah alasannya mengapa pendekatan ini disebut “saat lingkaran”. Untuk merangsang perkembangan anak pada tahapan yang lebih tinggi, pendekatan ini menggunakan empat pijakan, yaitu pijakan lingkungan bermain (persiapan), pijakan sebelum bermain, pijakan selama bermain, dan pijakan setelah bermain.
Pijakan lingkungan bermain (persiapan). Pada pijakan ini, guru lebih aktif daripada anak didik. Sebab, pada pijakan ini guru harus mempersiapkan lingkungan bermain sehingga sebelum anak masuk, area sudah tertata rapi dan siap digunakan bermain.
- Pijakan sebelum bermain. Pijakan ini berisi berbagai kegiatan awal, seperti salam pembuka, mengabsen, doa, penjelasan tema materi atau pelajaran, mengawali dengan bernyanyi atau cerita, menyampaikan aturan bermain, dan lain sebagainya. Biasanya, pijakan ini memakan waktu 15 menit atau ¼ jam.
- Pijakan selama bermain. Tugas guru selama anak-anak bermain lebih bersifat “pasif” daripada aktif. Tugas mereka hanya sekedar memotivasi, memfasilitasi, dan mendampingi. Bahkan, seandainya anak-anak jatuh sekalipun, guru tidak boleh membantu membangunkannya, kecuali anak-anak benar-benar sakit dan tidak bisa bangun. Pijakan ini berisi berbagai kegiatan, seperti membawa anak-anak ke lokasi bermain. Memberi contoh cara menggunakan alat permainan edukatif, mengumpulkan hasil kerja anak, dan lain sebagainya. Biasanya, pijakan ini memakan waktu selama 60 menit atau satu jam.
- Pijakan setelah bermain. Pijakan ini menanamkan sikap tanggung jawab anak didik, di mana setiap anak harus mengembalikan permainan yang diambilnya ke tempatnya semula. Beberapa kegiatan dalam pijakan ini adalah guru memberi instruksi bahwa waktu bermain habis, menginstruksikan mereka agar membersihkan, merapikan, dan mengembalikan semua alat permainan edukatif ke tempatnya semula, mengajukan beberapa pertanyaan seputar hal-hal yang dilakukan anak didik ketika bermain, dan menutupnya.
Semua sentra tersebut dapat dimainkan dengan baik jika pelaksanaannya berpegang pada prinsip-prinsip BCCT, Prinsip pembelajaran dengan pendekatan BCCT antara lain: (1) keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan pengalaman empiris, (2) setiap proses pembelajaran ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk pijakan-pijakan, (3) menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berfikir dengan menggali pengalamannya sendiri, (4) menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajarannya, (5) mensyaratkan pendidik dan pengelola program untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan pendekatan ini, (6) melibatkan orang tua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah. (Departemen Pendidikan Nasional 2007)
Tujuan dari model Beyond Center and Circle Time yang dimaknai sebagai sentra dan saat lingkaran adalah sebagai berikut:
- Model ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain yang terarah.
- Model ini menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar mengikuti perintah, meniru dan menghafal).
- Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat di sentra-sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama pendidik, sehingga mudah diikuti.21
Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan focus oleh satu kelompok usia RA dalam satu sentra kegiatan. Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermainyaitu bermain sensorimonitor atau fungsional, bermain peran dan bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Adapun pendekatan BCCT jauh lebih menekankan pada bermain daripada belajar. Beragam sentra yang dikemas melalui berbagai tahapan hanya sebatas membimbing anak-anak untuk bermain secara baik dan benar tanpa membuat anak merasa diatur “ini” dan “itu”.
a. Kelebihan Model Pembelajaran BCCT
Kelebihan pendekatan BCCT adalah mampu memberikan pengalaman bermain secara lebih lengkap dan mendalam melalui pembagian sentra-sentra dalam lingkaran. Kelebihan lain dari pendekatan ini adalah lebih fleksibel dan konstektual, sehingga pendekatan ini lebih sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b. Kekurangan Model Pembelajaran BCCT
Adapun kelemahan BCCT yang menekankan pada sentra dan lingkaran, justru kebalikan dari kelemahan yang ada pada Sistem Area. Jika pada Sistem Area anak bebas memilih permainan tertentudan berganti-ganti mainan, maka tidak demikian dengan BCCT. Pendekatan sentra dan lingkaran menghalangi kebebasan anak untuk memilih lebih dari satu permainan. Ia juga tidak bisa beralih dari satu permainan ke permainan yang lain sebelum menyelesaikan permainan yang disajikan guru. Dengan demikian, pendekatan Sistem Area memberikan pengalaman bermain yang luas namun dangkal, sedangkan pendekatan BCCT memberikan pengalaman bermain yang mendalam, tetapi sempit.
Sumber : Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini, Hijriati:2017
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :
0 Komentar