Selamat datang di official website TK 17 Teladan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Pengaruh Kerjasama Antara Orang Tua Dan GuruTerhadap Perkembangan Emosional Anak

 tk17teladan.sch.id - Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas dalam kehihupan anak. Hal ini mengisyaratkan bahwa semua pihak perlu memahami akan pentingnya masa usia dini untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan (Yamin dan Jamilah, 2013:4). Para ahli psikologi, anak usia dini disebut sebagai usia berkelompok yang dimengerti sebagai masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial untuk mempersiapkan diri mereka dalam kehidupan sosial yang lebih (Mashar, 2015:8).

Pengaruh Kerjasama Antara Orang Tua Dan GuruTerhadap Perkembangan Emosional Anak

Masa kanak-kanak dipengaruhi dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitarnya. Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak, di sekolah anak berhubungan dengan pendidik PAUD dan teman sebayanya. Hubungan anak antara pendidik PAUD dan anak dengan teman sebayanya dapat mempengaruhi perkembangan anak sosial dan emosi anak (Wiyani, 2014: 32).

Menurut Permendikbud Nomor 37 Tahun 2014 dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang ditujukan pada anak usia dini untuk merangsang dan memaksimalkan beberapa aspek perkembangannya. Aspek-aspek perkembangan tersebut adalah perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, dan seni (Fauziddin dan Mufarizuddin, 2018: 163).

Salah satu aspek yang bisa dikembangkan oleh guru adalah aspek perkembangan sosial emosional. Perkembangan sosial anak akan dipengaruhi tiga faktor, yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah. Perkembangan sosial anak ditandai dengan meluasnya lingkungan pergaulan. Memasuki usia sekolah, anak tidak akan tergantung sepenuhnya pada keluarga inti, maka peran guru menjadi penerus pendidikan karakter anak yang telah dibentuk oleh keluarganya (Wahyuni & Putra, 2020: 1). Anak mulai melepaskan diri dari lingkungan keluarga, kerena telah banyak mengenal orang lain, baik dengan orang yang lebih dewasa maupun dengan teman sebaya (Jahja, 2015: 445).

Selain guru orang tua juga berperan dalam sosial emosional pada anak usia dini. Menurut Ki Hadjar Dewantara (Mukhtar, dkk, 2016:255), keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama. Anak menghabiskan 80% harinya bersama keluarga dan lingkungannya.

Salah satu dampak dari ketidakmampuan anak usia dini dalam bersosialisasi adalah anak usia dini dapat mengalami gangguan perilaku anti sosial. Menurut Erik Erikson (Wiyani, 2014: 56-58), pada perkembangan di usia 3 hingga 5 tahun berada pada tahap initiative versus guilt. Pada tahap tersebut anak memiliki keyakinan bahwa adalah seorang anak bagian dari keluarga. Jadi, dapat dikatakan anak pada usia dini ini sudah memiliki rasa ingin tahu akan siapa dirinya.

Anak juga mulai berani mengambil inisiatif. Pada tahap tersebut, anak mulai memasuki lingkungan sosial yang lebih luas di mana di dalamnya terdapat berbagai norma atau aturan. Jika norma atau aturan tersebut tidak sesuai dengan kehendaknya, hal ini dapat mendorong anak berinisiatif untuk tidak mematuhinya. Akibatnya, memuncullah perilaku ketidakpatuhan pada diri anak usia dini.

Hal tersebut biasanya mulai tampak sejak usia 2 tahun, tetapi sampai usia 4 tahun tingkah laku ini masih sering muncul, terlihat dari seringnya anak TK saling menyerang secara fisik, misalnya mendorong, memukul atau berkelahi. Penyerang dapat pula mereka lakukan secara verbal, misalnya dengan mencaci, mengejek atau memporolok teman-teman lain. Tingkah laku agresif selain mengganggu hubungan sosial juga melanggar aturan yang diberlakukan di sekolah, misalnya suka berkelahi, merusak alat permainan milik teman atau mengganggu anak lain (Nugraha dan Yeni, 2013:4.21).

Melihat dampak dari tidak berkembang aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat perlu dilahirkan kerjasama orangtua dan guru. Hal ini telah diungkapkan oleh Jahja Yudrik (Hasbullah, 2012: 90) bahwa perkembangan sosial anak akan dipengaruhi tiga faktor, yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanya pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah (formal) memerlukan “kerjasama” antara orangtua dan sekolah (pendidik).

Pentingya Kerjasama Orang Tua Dan Guru

Pentingnya orang tua kerjasama dengan guru di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 10 Ayat (4) dinyatakan bahwa: pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Sementara itu, dalam GBHN 1993 dinyatakan: “pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antar berbaik jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, maupun antara sektor pembangunan lainnya serta diantardaerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam menyelenggaraan pendidikan nasional”.

Baik orangtua maupun guru selalu berharap agar anak atau anak didiknya akan mampu mencapai prestasi dan tumbuhan serta berkembang secara optimal. Ada berbagai cara bagai mana guru dapat membantu orangtua melalui pendidik anaknya. Tetapi sebaiknya para guru tidak terlalu banyak mengkritik atau menuntut para orangtua, kerena pada umumnya yang dibutuhkan adalah bantuan bukan kritik. Demikian pula sebaliknya, yang lebih penting adalah kerjasama yang baik.

Sumber : Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini : Volume 4 Nomor 1 (2021).

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :

0 Komentar