tt17teladan.sch.id - Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat mengasyikkan bagi anak-anak. Sebab kegiatan ini dilakukan atas dasar motivasi internal artinya kegiatan tersebut dilakukan bukan atas dasar perintah maupun kehendak dari orang lain, tetapi karena keinginannya sendiri. Oleh karena itu, tak heran jika anak-anak menghabiskan semua waktunya untuk bermain. Terkadang orang tua agak pusing dengan perilaku anaknya yang kalau sudah asyik bermain sulit untuk diajak berhenti sebentar walaupun hanya untuk sekedar makan atau tidur siang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan bermain anak sangat terlihat bahagia dan tidak kenal lelah atau selalu bersemangat seakan-akan energi mereka tak pernah habis. Karakteristik inilah yang membedakan antara anak-anak dengan orang dewasa.
Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini |
Kegiatan bermain selalu dikaitkan dengan permainan. Secara umum permainan merupakan alat yang digunakan anak dalam kegiatan bermain sehingga kegiatan tersebut menjadi begitu menarik dan berkesan bagi mereka. Namun, seiring perkembangan zaman kegiatan bermain dan permainanpun semangkin berbeda sesuai dengan perkembangan teknologi yang semangkin canggih.
Dengan hadirnya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) baik pada jalur formal yaitu TK/RA, maupun non formal yaitu TPA/KB/Play Group, sebagai wadah pengembangan seluruh aspek perkembangan anak. diharapkan mampu mengatasi/memberikan solusi yang tepat bagi masalah yang dihadapi dalam pendidikan informal yaitu keluarga. Oleh karena itu, dalam menghadapi perkembangan zaman yang secara berlahan merubah pola bermain dan jenis permainan yang memiliki pengaruh besar bagi perkembangan anak dikemudian hari. Para pendidik anak usia dini dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan permainan sehingga menciptakan kegiatan bermain yang bermakna. Anak akan belajar melalui pengalaman langsung, yang akhirnya pengetahuan yang ia dapat akan masuk ke memori jangka panjang dan bertahan lama. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu bermain sambil belajar bukan sebaliknya belajar sambil bermain.
Pengertian Bermain Dan Permain Anak Usia Dini
Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, dan bermanfaat untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliknya secara menyeluruh, antara lain aspek perkembangan sosial, emosi dan kepribadian, melalui kegiatan bermain anak dapat mengoptimalisasikan laju stimulasi baik dari luar maupun dari dalam, mengaktualisasikan potensi tersebut dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam kehidupan yang sebenarnya, baik melalui kesadaran dirinya sendiri maupun dengan bantuan orang lain (sesama teman, orang tua, saudara, dan guru).
Fungsi Bermain Dan Permainan Bagi Anak Usia Dini
Menurut Catron dan Allen (1999:150) mengemukakan bahwa bermain membantu anak untuk:
1. Mengembangkan kemampuan mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah
Artinya dalam kegiatan bermain anak akan belajar cara mengorganisasi, hal ini dapat dilihat ketika permainan beregu/berkelompok. Misalnya: permainan bola kaki dimana anak akan menentukan bagaimana cara pembagian regu, berapa orang jumlah dalam satu regu, regu yang mana terlebih dahulu main serta bagaimana cara/ketentuan dalam permainan tersebut. Sedangkan dalam penyelesaian masalah artinya anak dapat belajar bagaimana cara memecahkan masalah yang timbul dalam kegiatan bermain. Misal: dalam kegiatan permainan sepak bola tersebut salah satu dari pemain membawa bola dengan tangan bukan dengan kaki ke arah gawang, maka seorang teman dari regu lain yang melihatnya langsung memberikan peringatan agar tidak membawa bola dengan tangan, dan apabila hal ini terus diulangi, maka ia akan di keluarkan dalam permainan. Sehingga anak yang berlaku curang tadi karena tetap ingin ikut serta dalam kegiatan bermain tersebut akhirnya mengikuti aturan dalam permainan.
2. Mendukung perkembangan sosialisasi dalam hal:
- Interaksi sosial yaitu interaksi dengan teman sebayanya, orang dewasa dan memecahkan konflik.
- Kerjasama sama, yaitu interaksi saling membantu, berbagai, dan pola pergiliran.
- Menghemat sumber daya, yakni mengunakan dan menjaga benda-benda dan lingkungan secara tepat.
- Peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan meneriman perbedaan individu, memahami masalah multi budaya.
3. Brown dkk, (dalam Brewer, 1995:150) fungsi bermain adalah untuk mengekspresikan dan mengurangi rasa takut. Sedangkan Betelheim (dalam Catron dan Allen, 199:253) mengemukakan bahwa fungsi bermain adalah untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengenali dirinya sendiri, dalam hubungannya dengan dunia di luar dirinya.
4. Membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial (Catron,1999:253).
Membantu anak menguasai konflik artinya dalam bermain akan menjadikan anak terampil dalam mengelola, menghadapi dan memecahkan masalah yang ada, keterampilan memecahkan masalah ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka sehari-hari dan persiapan mereka dikemudian hari kelak, sehingga anak akan menjadi individu yang mampu menyelasaikan masalah dengan bijak. Sedangkan trauma sosial artinya kegiatan bermain akan membantu anak melupakan kesedihannya yang mereka alami. Seperti pada awal masuk sekolah bagi anak Taman Kanak-kanak, untuk hari pertama banyak diantara mereka yang tidak mau berpisah dengan pengasuh atau orang tuanya, sehingga pengasuh atau orang tua mereka masih menunggu di luar kelas dan bahkan ada yang di dalam kelas. Akhirnya guru berusa ha untuk mengajak mereka bermain sambil belajar sehingga suasanapun menjadi ceria dengan canda dan tawa anak-anak, hal ini membuat membuat mereka senang serta melupan kesedihan berpisah sementara dengan pengasuh/orang tuanya. Keesok harinya anak mulai mampu ditinggal di sekolah tanpa harus ditunggui lagi, sebab rasa takut dan cemas mulai hilang secara berlahan-lahan.
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa kegiatan bermain memiliki fungsi yang sangat besar bagi aspek-aspek perkembangan anak usia dini yaitu mengenali dirinya sendiri dalam hubungannya dengan dunia luar, perkembangan emosi (perasaan senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan takut), perkembangan sosial (interaksi sosial, kerjasama, menghemat sumber daya, peduli terhadap orang lain), dan membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial, dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam kehidupan yang sebenarnya, baik melalui kesadaran dirinya maupun dengan bantuan orang lain.
Sedangkan fungsi alat bermain sangat banyak. Pendidik perlu menyadari bahwa permainan itu alat, sedang terbentuknya pribadi yang utuh itu tujuannya. Secara rinci fungsi alat bermain ialah sebagai berikut.
Fungsi Permainan (Alat Bermain)
- Melatih panca indera supaya anak peka terhadap sesuatu yang ada di lingkungannya.
- Melatih kecerdasan emosionalnya yang meliputi keyakinan, rasa ingin tahu, niat, kendali diri, keterkaitan dengan orang lain, kecakapan berkomunikasi dan kreatif.
- Menanamkan nilai, norma etika, moral, budi pekerti dan aspek lainnya (mengandung unsur pendidikan)
- Melatih kecerdasan intelegtual anak (walaupun masih sederhana), sehingga ia mengenal konsep, pengertian yang langsung diterapkan atau mengerti setelah mempraktekkan alat bermain.
- Menanamkan nilai agama, anak dibiasakan untuk mendengar, melakukan dan mengerti sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangannya.
- Melatih keterampilan anak dengan alat bermain sehingga ia bisa mencoba, menyusun, mengangkat, menghitung, memindahkan, membalik, mendorong dan melempar sesuai dengan fungsinya.
- Melatih keberanian, kepercayaan, kejujuran, kebanggaan, kreativitas dan tanggungjawab anak.
- Mengembangkan fantasi, imajinasi, dan idealisme anak.
- Memperkenalkan dan membiasakan anak terhadap kesehatan, kebersihan, makanan bergizi, kedisplinan, dan kemandirian.
- Melatih kerjasama, gotong royong, toleransi, saling menghargai dan saling membutuhkan antar anak.
- Mengenal angka dan huruf yang merupakan tahap awal dalam pelajaran membaca, menulis dan berhitung.
- Mengenal bentuk benda, warna, garis, dan benda yang berguna bagi manusia (udara, air, tanah, api, tanaman dan binatang melalui gambar, benda atau yang lain).
- Mengenal dan mengetahui rambu-rambu atau tanda yang berlaku dimasyarakat (rambu-rambu lalu lintas, listrik, rumah sakit, rumah makan, dan lain-lain)
- Membuat senang anak. (Santoso, 2002:53)
Ciri-Ciri Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini
Untuk melihat apakah anak sedang melakukan kegiatan bermain atau tidak dapat kita ketahui melalui ciri-ciri tertentu yaitu: (Musfiroh,2008)
- Anak-anak terlibat aktif bersama-sama artinya dalam kegiatan bermain anak saling berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lain sehingga kegiatan bermain semangkin menarik.
- Spontan dan suka rela artinya kegiatan bermain dilakukan atas dasar keinginan sendiri tanpa adanya perintah dari orang lain.
- Berpura-pura/tidak beneran artinya di dalam kegiatan bermain anakanak berada di luar peran dunia nyatanya. Hal ini dapat dilihat ketika seorang anak laki-laki berperan sebagai polisi dan penjahat mereka berdua saling tembak menembak, sesuai dengan peran yang dilakoninya, tetapi pistol yang digunakan tidak beneran hanya pistol air mainan yang terbuat dari plastik, sehingga tidak membahayakan diri anak.
- Anak harus aktif bergerak/berfikir artinya anak tidak berdiam diri tetapi terus bergerak dan melakukan suatu kegiatan bermain baik dengan menggunakan benda yang disebut dengan alat bermain maupun tanpa benda atau secara individual maupun berkelompok.
- Fleksibel artinya anak bebas memilih jenis permainan yang mereka sukai untuk dimainkan. Dan mereka juga dapat kapan saja beralih kepermainan lain walaupun permainan tersebut belum tuntas atau selesai dimainkan.
- Aturan sesuai kebutuhan anak artinya dalam kegiatan bermain peraturan yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan anak.
- Motivasi dari dalam diri anak artinya kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak atas dasar motivasi internal (dalam diri) bukan eksternal (luar diri).
- Menyenangkan dan menggembirakan artinya bermain dapat membangkitkan emosi positif dalam diri anak, hal ini terlihat dalam kegiatan bermain anak sangat asyik dan ceria, ini membuktikan kegiatan tersebut menyenangkan, selanjutnya akan diiringi dengan suasana rasa gembira yang ditandai dengan suara riang tawa anak-anak.
Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap Ekplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan mereka hanya sebatas dapat melihat orang dan benda serta melakukan usaha yang kurang terkoordinir dengan baik untuk menggapai suatu benda yang diperlihatkan di hadapannya, misalnya ketika orang dewasa menunjukkan permainan yang berwarna menarik kepada anak, maka seketika perhatiannya akan tertuju pada permainan tersebut dan berusaha menggapai mainan dengan tangannya, namun gerakan yang dilakukan belum terarah dengan baik dan benar sebab belum memiliki kemampuan dalam mengendalikan gerak tangan/motorik. Seiring dengan berjalannya perkembangan mereka, maka pada tahap selanjutnya anak sudah dapat mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi anak untuk mengambil, memegang dan mempelajari benda kecil tersebut. Kemudian setelah anak dapat merangkak atau berjalan, maka mereka mulai dapat memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya.
2. Tahap Permainan
Pada tahun pertama anak sudah mulai dapat menggunakan alat permainan, yang awalnya hanya dapat mengeksplorasi mainan miliknya. Namun setelah mereka berusia antara 2 dan 3 tahun, anak mulai membayangkan bahwa mainan mempunyai sifat hidup, dapat bergerak, berbicara dan merasakan. Keahlian anak menggunakan alat permainan mencapai puncaknya pada usia antara 5 dan 6 tahun. Selanjutnya dengan semangkin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong menurunnya minat terhadap alat mainan ini adalah bahwa permainan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak menganggap bermain dengan menggunakan alat permainan sebagai”permainan bayi”.
3. Tahap Bermain
Setelah masuk sekolah jenis permainan anak sangat beragam. Pada awalnya mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olah raga, hobi dan bentuk permainan matang lainnya.
4. Tahap Melamun
Semangkin mendekati masa puber, anak-anak mulai kehilangan minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun, yang merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun. (Hurlock, 1978: 324)
Sejalan dengan berjalannya perkembangan kognitif anak, Piaget (dalam Brewer, 2007:145) mengemukakan tahapan bermain sebagai berikut:
- Practise play (usia 1 bulan sampai dengan 6 bulan)
- Symbolic atau make believe play (usia 2-7 tahun)
- Game with rules (usia 8-11 tahun)
- Game of contruction (usia 11 tahun ke atas)
Manfaat Bermain Anak Usia Dini
Bermain bukan hanya memiliki fungsi besar dalam kehidupan anak dikemudian hari, tetapi ternyata juga memiliki manfaat bagi mereka kelak. jika dilihat secara kata bermain di dalam pikiran bawah sadar manusia memiliki konotasi kata gembira, mengasyikkan, menyenangkan. Namun jika dilihat secara implisit mengandung pengertian rilaks, santai, tidak harus berusaha mati-matian. Bermain adalah hal yang sangat alamiah bagi anak-anak, hampir seperti makan, minum dan tidur. Merasa melalui sentuhan, bergembira, tertawa, berteriak adalah bagian dari kehidupan anak-anak ketika mereka masuk dalam sebuah bingkai permainan, artinya bermain akan membantu anak menjadi individu yang lebih baik serta memiliki efek positif bagi perkembangan jiwa anak. Adapun kelebihan dan manfaat dari proses bermain yaitu: (Astuti, 2016)
1. Meningkatkan kreativitas anak
Permainan mempunyai sumbangan penting dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Kreativitas berarti bahwa seseorang dapat bertindak “mencipta” dan berhubungan dengan sekelilingnya dengan cara yang khas untuknya. Untuk melakukan hal itu, maka anak-anak membutuhkan kesempatan untuk memberikan bentuk sendiri terhadap apa yang dialami dan dijumpainya. (F.J. Monks, 2002). Seperti bermain dagang-dagangan, masak-masakan, bermain balok, bermain warna, dan sebagainya.
2. Meningkatkan sportivitas dan kejujuran pada diri anak
Kegiatan bermain dapat mengasah sikap-sikap tersebut. misalnya ketika permainan lomba lari, setiap anak harus mentaati peraturan dan prosedur yang telah ditentukan sebelum kegiatan bermain berlangsung. Namun jika dalam proses bermain ada anak yang curang dalam bermain seperti menjegel teman, menarik teman ketika berlari dan sebagainya. Demi mencapai suatu kemenangan, untuk menjadi seorang juara. Maka anak tersebut akan di keluarkan dalam permainan oleh temantemannya. Karena tidak ingin di keluarkan dalam permainan, maka anak berusaha untuk mengikuti peraturan dan prosesdur tersebut. Sehingga ia akan belajar membangun sikap sportif dan kejujuran dalam diri, baik jujur pada diri sendiri maupun kepada orang lain.
3. Menumbuhkan rasa bersaing yang positif pada anak
artinya melalui kegiatan bermain akan mengasah sikap bersaing yang positif pada diri anak. Misalnya bermain balok, dimana anak terus berusaha membangun balok walaupun mengalami kegagalan beberapa kali karena susunan yang tidak sesuai membuat balok jatuh, namun ia tidak pernah menyerah untuk membangun menara yang tinggi. Akhirnya dengan kerja keras sang anakpun berhasil. Dengan demikian, Kegiatan ini akan mengajarkan anak bahwa untuk menjadi seorang pemenang harus berusaha secara maksimal tanpa menyerah, bukannya menyalahkan orang lain atas kegagalan yang dialaminya. Pada Taman Kanak-kanak hal ini terkadang terjadi seperti ketika temannya menjadi seorang pemenang, anak yang merasa iri hati tidak akan mau mengucapkan selamat, bertepuk tangan, tersenyum. Tetapi sebaliknya bermuka sinis, marah ataupun menangis melihat keberhasilan teman.
4. Meningkatkan rasa percaya diri anak
Hati-hati dengan anak yang sulit untuk bisa menerima keberhasilan temannya, selalu menuduh temannya curang ketika ia kalah dalam berbagai permainan, senantiasa melemparkan komentar-komentar yang merendahkan dan menghina karya teman, namun sebaliknya melakukan upaya yang agresif agar teman-temannya mau mengakui dan memuji karyanya, ini adalah tanda-tanda anak yang tidak memiliki rasa percaya diri. (Istadi, 2006)
5. Meningkatkan keterampilan problem solving dan kemampuan berfikir anak
Terutama saat dia menghadapi sesuatu yang menantang di dalamnya. Artinya kegiatan bermain menuntut anak untuk berfikir mengeluarkan ide-ide baru agar keluar dari masalah yang di hadapinya.
6. Menimbulkan emosi positif dan meningkatkan rasa percaya diri
Terutama ketika mereka memenangkan permainan.
7. Proses yang baik untuk menanamkan program-program positif ke dalam pikiran bawah sadar anak
Ada beberapa hal mengapa anak perlu bermain yaitu:
- Melalui bermainan anak mendapatkan pengalaman langsung guna memperoleh dasar kehidupan sosial.
- Anak perlu belajar memahami dan memainkan peran-peran di sekitarnya.
- Anak perlu melepaskan desakan emosi secara tepat.
- Anak perlu menyegarkan diri dari rutinitas hidup sehari-hari.
- Anak merasa punya harga diri karena merasa mampu menguasai tubuh, gerakan dan keterampilan sosial.
- Melalui bermain anak belajar tahu dan menyelesaikan masalah.
- Anak perlu berinteraksi untuk mengkreasikan pengetahuan mereka.
- Anak punya energi lebih yang harus disalurkan. (Musfiroh, 2008)
Demikian artikel mengenai Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.
Sumber : Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini, Dr. Hj. Khadijah, M.Ag. & Armanila, S.Pd.I, M.Psi. : 2017
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :
0 Komentar